Porang awalnya adalah tanaman hutan yang kurang diminati masyarakat dan tumbuh liar di hutan. Namun sekarang porang memiliki harga tinggi di pasar dunia, namun Porang kurang popular di kalangan petani sebab dianggap tanaman yang perlu waktu lama untuk dapat dinikmati hasilnya.
Gapoktan Desa Kepel telah menciptakan Revolusi
Pola Tanam Baru yang dengan ini, Porang bisa dikembangkan dengan mudah,
massal dan bisa dipanen dengan cepat.
Dengan revolusi pola tanam baru ini, Porang yang biasanya
dipanen setelah 2 s/d 3 tahun bisa dinikmati hasilnya dalam waktu
4 bulan.
Perbandingan
hasil per-hektar dengan sistem pola tanam baru
Desa Kepel
|
30 ton
|
Desa Lain
|
10 ton
|
Revolusi Pola Tanam ini juga dapat meningkatkan kapasitas
panen dengan fantastis.
Tokoh-tokoh gapoktan Desa Kepel juga giat menularkan
pengetahuannya melalui sistem plasma di seluruh Indonesia, juga
melalui channel youtube dan memfasilitasi pemasaran
porang untuk jangkauan ekspor.
Tahun 2018 Porang di Desa Kepel menghasilkan uang sekitar Rp.
3,7 milyar, dan hampir 85% penduduk desa telah menanam porang.
Disamping menyediakan layanan Sekolah Porang
untuk konsumsi umum dan kelompok, gapoktan juga memfasilitasi warga masyarakat
agar dapat pergi UMROH ke tanah suci dengan PROGRAM KATAK UMROH. Diawali
pemberian bibit porang (katak) secara gratis, dan hasil panennya nanti bisa
dipergunakan sebagai biaya UMROH sepasang suami istri pendaftar.
Desa Kepel kini telah menjadi “SENTRA PEMASARAN,
EDUKASI DAN PRODUKSI PORANG INDONESIA”.
No comments:
Post a Comment