Mitra Membangun Desa
Seorang ayah
menyampaikan keluhan akan perilaku anaknya setelah lulus dari SMP IT Dinamika
Umat kepada saya. Dengan linangan air mata, ia ceritakan sikap anaknya yang
kurang baik kepada orang tua. Shalat fardhu dan baca Alquran sering
ditinggalkan. Pulang sekolah berkumpul dengan temannya dan baru tiba di rumah
jelang Maghrib.
Jika ditegur selalu banyak alasan dan kadang membentak. Perangai
buruk teman dan media sosial yang tidak mendidik sudah menyasar anaknya. Pesan
saya agar pengawasan dan adab dalam keluarga dikuatkan, seraya mohon
pertolongan Sang Pemilik anak, Allah SWT.
Akhir-akhir ini, kejahatan dan penyimpangan seksual pun kembali
marak terjadi. Anak-anak yang mestinya mendapat perlindungan negara dan orang
tua menjadi korban. Pada pengujung 2017 lalu, pedofilia dilakukan oleh Babeh
(49 tahun) yang telah menyodomi 41 anak di Rajeg, Tangerang. Kasus terbaru yang
menggemparkan adalah video porno seorang anak usia SD dengan wanita dewasa di
Bandung.
Pakar psikologi pendidikan, Robert E Slavin, mengatakan besarnya
pengaruh teman sebaya. Sebab, teman adalah sahabat untuk bergembira dan
melakukan sesuatu. Mereka sebagai sumber daya emosional dan memberi rasa aman
ketika muncul persoalan keluarga. Juga, menjadi sumber kognitif ketika
menumbuhkan kemampuan intelektual anak.
Karena itu, orang tua wajib tahu siapa teman anaknya di luar
rumah. Jika pergi, ia bersama siapa, ke mana, melakukan apa, dan kembali pukul
berapa? Nabi Muhammad SAW berpesan, “Seseorang itu mengikuti agama teman
bergaulnya. Maka, hendaklah melihat siapa temannya” (HR Abu Daud 4833).
Ketika teman suka baca buku, rajin ke masjid dan menolong sesama,
maka ia pun akan mengikutinya. Sebaliknya, jika teman suka tawuran, mabuk,
narkoba, seks bebas, dan LGBT, maka ia pun akan hidup dalam nestapa. Betapa
besar pengaruh kawan dalam beragama dan salah berkawan akan menyesal selamanya
(QS 25:28). Demikian Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.
Nabi SAW mengibaratkan teman bergaul seperti penjual minyak
kasturi dan pandai besi. Jika berteman dengan penjual minyak wangi akan dapat
harumnya. Jika berteman dengan pandai besi dapat panas dan baunya (HR Bukhari
1995). Dari nasihat ini, teman anak kita ada dua macam, yakni:
Pertama, teman yang baik (al-jaliis as-shaleh). Seorang teman yang
baik akan menularkan energi postif dan konstruktif. Menguatkan di saat lemah
dan mengingatkan di waktu lengah.
Mahfudzat
menyebutkan, “Khairu al-ashaabi man yadulluka ‘ala al-khair" (sebaik-baik teman
adalah yang menunjukkanmu pada kebaikan). Teman yang baik akan senang melihat
kita senang dan susah ketika melihat kita susah (QS 4:69).
Kedua, teman
yang buruk (al-jaliis as-suu`). Teman yang buruk akan menularkan energi negatif dan
destruktif. Melemahkan semangat untuk kebaikan dan mengajak kita berbuat
kemaksiatan. Kata, sikap, dan perbuatannya jauh dari jalan kebenaran dan
kebaikan. Teman yang buruk juga akan senang melihat kita susah atau berdosa dan
susah jika melihat kita senang atau taat (QS 4:38).
Akhirnya, kembali kepada orang tua sebagai pemimpin dan guru utama
seorang anak. Orang tua wajib melindungi keluarga dari pengaruh lingkungan yang
rusak (QS 66:6). Jika tidak, kita akan kehilangan penyejuk mata dan perhiasan
hidup.
Negeri ini pun
akan kehilangan pemimpin bangsa masa depan. Agama ini juga akan kehilangan
kader ulama yang akan melanjutkan risalah kenabian di muka bumi. Allahu a’lam bishawab.
Oleh Dr Hasan Basri Tanjung
Sumber:
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/18/01/12/p2f31a396-teman-anak-kita
No comments:
Post a Comment